Skripsi Upaya Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam Pada Anak

 on Friday 16 January 2015  



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
 
Orang tua merupakan orang pertama yang bertanggung jawab terhadap proses hubungan dalam keluarga, antara lain sebagai tauladan bagi anak, mengarahkan tata cara bergaul dan pendidikan bagi anak-anaknya.[1] Perlunya orang tua mengetahui bahwa anak pada masa bayi anak hanya mengatakan dirinya terhadap orang tuanya dan anak senantiasa memperhatikan orang tuanya atau meniru segala tingkah lakunya.

Orang tua adalah penanggung jawab terhadap anak yang akan memberikan corak hidup dan kehidupan di dunia ini, dan orang tua yang menentukan apakah anak itu akan dijadikan anak yang terpelajar. Orang tua perlu memberikan materi dan mengisi tulisan pertama terhadap anak yang masih putih bersih, kemudian memilih sekolah mana yang akan dimasuki anaknya. Hal ini juga dijelaskan dalam Firman Allah dalam surat ke 25 (Al-Furqon) ayat ke 74
Artinya: dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Furqon: 74).[2]
Dalam rangka mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, sangat tepat apabila orang tua sebagai pemberi bimbingan pada anak dengan bimbingan yang sebaik-baiknya. Jelas bahwa keluarga adalah pusat pendidikan dan lembaga pendidikan yang pertama dan utama yang didapat atau diperoleh anak, dimana dalam hal ini orang tua sebagai penanggung jawab terhadap anak harus memberikan contoh-contoh yang baik, membimbing dan mengasuh dengan baik, agar tingkah laku anak dapat mencerminkan nilai-nilai yang mulia/akhlak karimah dapat menyebarkan sifat-sifat yang berdasarkan nilai islam yang telah dipelajari anak melalui proses belajar di sekolah dan di masyarakat. 
Masalah remaja merupakan masalah yang menarik untuk dibicarakan, lebih-lebih pada akhir ini, telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan sehingga akan membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan masyarakat pada umumnya. orang sibuk memikirkan remaja dan bertanya apa yang dimaksud dengan remaja, umur berapa anak atau orang dianggap remaja? Apa kesukaran atau masalahnya? Bagaiman mengatasi kesukaran tersebut? Mengapa remaja menjadi nakal dan bagaimana cara menanggulanginya? Inilah yang menjadi masalah penting dari sekian maslah remaja.
Masa remaja (adolensi) peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, anak-anak mengalami pertumbuhan cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk jasmani sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan juga orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umjur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun.[3]
Persoalan remaja selamanya hangat dan menarik, baik di negara yang telah maju dan di negara berkembang, karena remaja masa peralihan, seseorang telah meninggalkan masa anak-anak yang penuh kelemahan dan ketergantungan tanpa memikul suatu tanggung jawab penuh, usia remaja usia persiapan untuk menjadi dewasa yang matang dan sehat. Kegoncangan emosi, kebimbngan dalam mencari pegangan hidup, kesibukan mencari pegangan hidup, mencari bekal pengetahuan dan kepandain untuk menjadi senjata dalam usia dewasa merupakan bagian yang dialami oleh setiap remaja.

Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk menemukan dirinya sendiri, jika dihadapkan pada keadaan luar atau lingkungan yang kurang serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah meraka jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup penuh kecemsan, ketidak pastian dan kebimbangan. Hal ini menyebapkan remaja-remaja Indonesia jatuh pada kelainan-kelainan kelakuan yang membawa bahaya terhadap dirinya sendiri baik sekarang, maupun dikemudian hari.[4]
 
Namun demikian hal itu dapat dijembatani dengan penerapan pendidikan Islam karena sesungguhnya tujuan pendidikan islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang bermoral, jiwa yang bersih, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, tahu membedakan baik dengan buruk, menghindari suatu perbedaan yang tercela dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.[5]

Mendidik, mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai islam bukan merupakan hal yang mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara serampangan, dan bukan pula pekerjaan yang bersifat sampingan karena perintah mengenai hal tersebut datang dari Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6).[6]
Berdasarkan ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah telah memerintahkan agar orang-orang beriman menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Ditinjau dari segi pendidikan, tersirat perintah mendidik keluarga termasuk anak-anak agar memiliki kekuatan jiwa dan kecerdasan spiritual yang akan menjaga dan memeliharanya dari perbuatan buruk dan keji.

Sebuah ide dan dasar-dasar Agama pada umumnya diterima seseorang pada masa kecilnya. Apa yang diterima sejak kecil akan berkembang dan tumbuh subur, apabila anak (remaja) dalam menganut kepercayaan tersebut tidak mendapatkan kritikan.[7] Jarang orang tua menyadari bahwa penanaman nilai-nilai agama terletak pada pendidikan agama dalam rumah tangga. Kunci pedidikan agama dalam rumah tangga ialah mendidik anak menghormati Allah, orang tua dan guru. Menghormati Allah, orang tua dan guru terletak dalam iman kepada Allah. Maka dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia remaja sangatlah penting.

Nilai bukan saja dijadikan rujukan untuk bersikap dan berbuat dalam masyarakat, akan tetapi dijadikan pula sebagai ukuran benar tidaknya suatu fenomena perbuatan dalam masyarakat itu sendiri. Apabila ada suatu fenomena sosial yang bertentangan dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, maka perbuatan tersebut dinyatakan bertentangan dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, dan akan mendapatkan penolakan dari masyarakat tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan dianut serta dijadikan sebagai acuan dasar individu dan masyarakat dalam menentukan sesuatu yang dipandang baik, benar, bernilai maupun berharga. Nilai merupakan bagian dari kepribadian individu yang berpengaruh terhadap pemilihan cara maupun tujuan tindakan dari beberapa alternatif serta mengarahkan kepada tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai merupakan daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang. Oleh karena itu, nilai dalam setiap individu dapat mewarnai kepribadian kelompok atau kepribadian bangsa.

Aspek nilai-nilai ajaran Islam pada intinya dapat dibedakan menjadi jenis, yaitu nilai-nilai aqidah, nilai-nilai ibadah, dan nilai-nilai akhlak. Nilai-nilai aqidah mengajarkan manusia untuk percaya akan adanya Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai Sang Pencipta alam semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia. Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada manusia agar dalam setiap perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah. Pengamalan konsep nilai-nilai ibadah akan melahirkan manusia-manusia yang adil, jujur, dan suka membantu sesamanya. Selanjutnya yang terakhir nilai-nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan berperilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik, sehingga akan membawa pada kehidupan manusia yang tenteram, damai, harmonis, dan seimbang.

Berdasarkan hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai-nilai yang perlu ditanamkan orang tua terhadap anak usia remaja adalah nilai-nilai kebaikan (nilai-nilai moral), nilai kebenaran dan nilai keindahan. Oleh karena itu orang tua yang telah menanamkan nilai-nilai islam pada anak usia remaja akan menjadi pribadi luhur bilaman meraka memahami, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai yang universal. Nilai-nilai uiversal yang harus ditanamkan orang tua terhadap anak usia remaja yaitu nilai-nilai kedamaian, kebebasan, tanggung jawab, perharfaan, kebahagiaan, kesederhanaan, sinta, kejujuran, toleransi, kerja sama, kerendahan hati dan persatuan.

Lingkungan masyarakat di Desa Tepian Makmur termasuk masyarakat yang baik dari aspek ekonomi, maupun adat kebiasaan. Dampak perubahan ternyata membawa pengaruh terhadap perilaku, mental, dan spiritual anak. Sebagai orang tua yang baik, mereka menginginkan anaknya memiliki kepribadian baik, sampai ia dewasa nanti. Para orang tua berusaha membimbing anak di usia remaja mereka dengan menanamkan nilai-nilai islami.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “upaya orang tua dalam menanamkan nilai-nilai islam pada anak usia remaja di Desa Tepian Makmur”. Dengan demikian, mengingat pentingya dan didorong oleh rasa keingintahuan, penulis memandang perlu adanya suatu upaya pemaparan dalam bentuk skripsi.


C.     Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yang akan dibahas dalam penilitian yang dilaksanakan di Desa Tepian Makmur, sebagai berikut :
1)Bagaimana Upaya yang dilakukan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia remaja di Desa Tepian Makmur?

2)Apa Kendala-kendala dan solusi yang di hadapi orang tua dalam menanamkan nilai –nilai Agama pada anak remaja di desa Tepian Makmur?.
Skripsi Upaya Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam Pada Anak 4.5 5 Unknown Friday 16 January 2015 skripsi nilai-nilai pendidikan anak BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah   Orang tua merupakan orang pertama yang bertanggung jawab terhadap proses hu...


No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.