Makalah Fundamentalisme Islam

 on Thursday 9 April 2015  



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Islam fundalisme merupakan salah satu fenomena paham islaman yang banyak memperoleh perhatian baik dari kalangan orang islam sendiri, maupun dari kalangan barat ( non muslim). Paham keislaman yang satu ini sering diposisikan dan disifati dengan hal-hal yang berbau pejorative. Mereka mennganut paham keislaman yang demikian itu sering dianggap sebagian kelompok pembangkang, banyak melakukan kekerasan seperti melakukan tteror,intinidasi, bahkan penumbuhan dalam mencapai tujuannya. Karnanya dari sebagian kalangan umat islam banyak yang merasa keberatan untuk memberikan sifat fundamentali kedalam islam, menguat ajaran islam yang diturunklan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW. Membawa missi kedamaian, keselamatan dan rahmat bagi seluruh umat manusia.

Namun, demikian dalam kenyatan dilapangan, islam fundamentalis itu jelas ada. Untuk itu perlu dikaji secara mendalam ( secara ilmiah) tentang apa yang disebut dengan islam fundameentalis?,apa cirri-ciri yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi paham islam fundamentalisme?,  apa saja yang melatar belakangi timbulnya paham fundamentalisme?, bagaimana paham fundamentalisme dengan upaya mewujutkan cita-cita islam?, bagaimana sikap yang harus ditampillkan dalam menghadapi kelompok islam fundamentalisme?.
Beberapa masalah yang berkaitan denganislam fundamentalisme, sebagainama telah disebutkan diatas yang akan menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.

B.       Rumusan Masalah
Adapun materi yang akan dibahas yaitu
1.    Pengertian dan cirri-ciri fundamentalisme
2.    Latar belakang timbulnya fundamentalisme dalam islam
3.    Memahami fundamentalisme dalam islam

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Dan Ciri-Ciri Islam Fundamentalisme
Secara harfiah kata islam berasal dari bahasa arab, diambil dari kata “salima” yang bearti selamat sentosa. Dari kata asal yaitu “aslama, yuslimu, islaman” yang bearti memeliharakan dan keadaan selamat sentosa, dan bearti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Kata salama itu menjadi pokok kata islam, dan mengandung arti yang terkandung pada pokoknya, sebab orang yang melakukan aslama atau masuk islam dikatakan muslim.
Islam secara istilah menjadi nama bagi agama yang ajaran-ajaranyadiwahyukan Tuhaan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rosul. Islam pada hakikatnya membawakan ajaran-ajaran yang bukan hanya membawa satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Seluruh ajaran islam tersebut diarahklan untuk mewujutkan rahmat bagi seluruh alam.
Adapun kata fundamentalis berasal dari bahasa inggris yang artinya pokok, asas, fundamental. Sedangkan pokok, asas bersal dari bahasa Indonesia yang artinya dasar, alas, pedoman, atau sesuatu yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir (berpendapat) dan sebagainnya serta cita-cita yng menjadi dasar.
Jika pengertian dsari dua kata tersebut disatikan, yakni islam fundamentalisme, maka pengertianya dalah islam yang dalam pemahaman dan prakteknya bertumpu pada hal-hal yang asasi. Dengan demikian, secara harfiah semua semua orang  islam yang percaya pada enam rukun islam dan menjalankan rukun islam yang lima, dapat disebut islam fundamentalisme. Karena yang disebut ajarab fundmental dalam islam tercakup pada rukun islam dan rukun inam.
Selanjutnya pengertian kaum fundamentalis dari segi i9stilah sudah memiliki satu psikologis, dan berbeda dengan pengertian fundamentalis dalam arti kebahasaan sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam pengertian yang demikian itu kelahiran kaum fundamentalis ada hubungan dengan sejarah perkembangan ajaran Kristen dan dalam islam, kaum fundamentalis ada hubungan dengan masalah poertentangan politik, social, kebudayaan dan lain sebagainya. Dalam hubungan ini Darwan Raharjo mengatakan sebagai berikut, “suatu langkah yang barang kali perlu ditempuh adalah memahami gejala lahirnya istilah itu ndalam sejarah perkembangan agama Kristen. Dengan pemahaman itu kita bias menengok kepada gejala perkembangan islam, baik didunia islam umumnya dan di Indonesia sendiri.[1]
Darwan Roharjo lebih lanjut mengatakan bahwa  definisi fundamentalisme agak lebih cocok memahami perkembangan dilingkungan Kristen protestan katolik. Tetapi kegunaanya yaitu untuk mengidentifikasi suatu kelompok agama dilingkungan itu baranngkali tidak selalu dapat diterima. Sebagai contoh demikian, demikian Raharjo mengatakan  Encyclopaedia of the social sciences (1968) memberikan keterangan pertamanya sebagi berikut: “fundamentalis adalah sebuah nama tentang gerakan agresif dan konserfatif dilingkungn Kristen protestan di Amerika serikat yng berkembang dalam Dasawarsa sesudah perang dunia 1.  gerakan ini tercetus terutama dilingkungan gereja-gereja Baptist, Desciple dan Presbyterian dan memperoleh dukungan dari kalangan lain pada kelompok kependetaan”.[2]
 Eterangan itu pertama-tama menonjolkan gerakan yang agresif dan coraknya yang konservatif. Oleh sebab itu masuk akal penggunaan istilah tersebut untuk gerakan islam juga menonjolkan sifat-sifat dan coraknya yang serupa dengan yang terdapat pada gerakan Kristen. Barang kali karena itulah Benard lewis, seorang ahli sejarah islam, berpendapat dalam istilah itu mapan dan dapat diterima, terutama dalam nilai-nilai social.

B.       Latar Belakang Timbulnya Fundamentalisme Islam
Istilah funfamentalisme pertama digunakan olek kelompok-kelompok penganut agama krisrren di Amerika Serikat untuk menamai aliran pemikiran keagamaan yyang cenderung menafsirkan tek-tek  keagamaan secara kaku dan literalis ( harfiah ). Dalam kontes iuni fundamentalisme pada umumnya dianggap sebagai reaksi terjhadap modernisme. Reaksi ini bermula dari annggapan bahwa modernisme cenderung menafsirkan tek-tek keagamaan secara elastis dan fleksibel untuk menyesuaikannya dengan berbagai kemajuan zaman modern, ahirnya justru membawa agama keposisi yang semakin  terdesak kepinggiran.
Kecenderungan menafsairka tek-tek keagamaan secara kaku dan harfiah seperti yang dilakukan oleh kaum fundamentalis protestan, ternyata diterima juga oleh penganut-penganut agama lain diabad kedua puluh ini.oleh karena itu, tidak heran jika para sarjana orientalis dan islamisis barat menyebut  kecenderungan yang serupa dikalangan muslim, sebagai fundamentalisme islam. Disamping dihubungkan dengan islam, istilah fundamentalisme dihubungkan dengan agama-agama selain Kristen, sehingga muncullah kaum fundamentalisme Sikhs dan sebagainya. Tetapi berbeda dengan kaum fundalis protestan yang menyebut dirinya fundalis, kelompok-kelompok dengan kecenderungan yang nserupa didalam agama lain sebagian malah menolak disebut dengan demikian. Kelompok seperti itu ditimur tengah umumnya lebih suka disebut dirinya dengan istilah Usuliyah Islamiah (asas-asas islam), Bat’s islam (kebangkitan islam), atau Harakah islam (Gerakan Islam). Sementara kelompok-kelompok yang kurang menyukai mereka menyebut dengan istilah Muta’ashshibin (Kelompok fanatic) atau mutatharrifin (kelompok radikalekstrimis).

C.      Memahami Fundamentalisme Dalam Islam
Munculnya istilah fundamentalisme untuk pertama kali adalah penyebutan yang ditujukan kepada gerakan konservatif-militan dalam agama Kristen yang mengemuka di Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Mereka menekankan kebenaran Bible dan menolak setiap temuan sains modern karena dianggap bertentangan dengan ajaran Kristen. Padahal, sains modern justru telah membawa masyarakat Barat pada kemajuan. Karena itu, kehadiran mereka adalah oposan dari gereja ortodoks terhadap kemajuan sains modern yang dituduh merusak sendi-sendi fundamental dalam agama Kristen. Mengingat karakter konservatifnya yang berpegang teguh pada ortodoksi agama Kristen, fundamentalisme seringkali dikonfrontasikan dengan modernisme yakni aliran yang mengutamakan setiap yang baru sebagai konsekuensi perkembangan sains modern (Asep Syamsul, 2000 : 29-30) Setelah revolusi Islam Iran (1979), istilah fundamentalisme Islam mulai diterapkan para orientalis dan pakar ilmu sosial untuk mengkaji gerakan-gerakan sosial dan politik yang muncul dalam Islam dengan asumsi bahwa berbagai penomena gerakan sosial dan politik itu memiliki kesemaan karakteristik dengan gejala fundamentalisme di dunia Barat. Mereka menggunakan istilah tersebut untuk menggeneralisasi berbagai gerakan sosial, politik dan keagamaan sejalan dengan munculnya gelombang yang disebut kebangkitan (revivalisme) Islam (Azyumardi Azra, 1996 : 107). Dalam hubungannya dengan Islam, istilah fundamentalisme seringkali digunakan secara tidak seimbangan dan tidak netral, bahkan cendrung memiliki makna labelisasi dan penyebutan yang bersifat mapan terhadap fenomena gerakan dalam kehidupan sosial, politik dan keagamaan. Dari beberapa kajian yang dilakukan oleh para ahli, istilah tersebut cendrung memiliki makna negatif untuk memberikan gambaran buruk dan menyudutkan kelompok yang diasumsikan sebagai gerakan fundamentalisme. Fazlur Rahman (1979 : 164), misalnya, menyebutkan fundamentalisme Islam sebagai orang yang dangkal, superfisial, dan anti intelektual yang pemikiran-pemikirannya tidak bersumber kepada al-Qur’an dan tradisi Islam klasik.
Nurcholish Madjid (1992 : 586) juga memberikan penilaian yang pejoratif dan kurang netral dan menyebut fundamentalisme Islam sebagai sumber kekacauan dan penyakit mental yang menimbulkan akibat yang lebih buruk dibandingkan dengan masalah-masalah sosial yang sudah ada, seperti minuman keras dan obat terlarang. Untuk beberapa kasus tertentu, stigmasi fundamentalisme Islam terhadap gerakan yang muncul dalam masyarakat Islam mungkin ada benarnya karena berangkat dari fakta-fakta empirik yang menunjukkan warna gerakan yang cendrung puritan, radikal dan ekstrim. Tetapi, labelisasi fundamentalisme Islam yang bersifat sinisme itu digunakan secara mapan dan tidak berubah-rubah untuk menggeneralisasi semua fenomena gerakan sosial, politik dan keagamaan dalam Islam jelas merupakan simplikasi yang keliru.
 Istilah fundamentalisme Islam kadangkala juga dipakai secara overlapping dengan istilah radikalisme dan revivalisme. John L. Esposito (1994 : 17) lebih suka menggunakan istilah revivalisme untuk menyebut gerakan sosial, politik dan keagamaan dalam Islam. Sebutan fundamentalisme Islam, kata John L. Esposito, terlalu dibebani oleh praduga Kristen dan stereotip Barat yang menyiratkan ancaman monolitik yang tidak pernah ada dalam realitas empirik masyarakat Islam. Meskipun demikian, istilah fundamentalisme Islam tetap dipergunakan dalam makalah ini. Fundamentalisme Islam dimaknai sesuai dengan penjelasan dan batasan yang diberikan oleh Jamhari dan Jajang Jahroni (2004 : 3-4) yaitu suatu gerakan sosial, politik dan keagamaan yang memiliki keyakinan ideologis kuat dan fanatik yang selalu mereka perjuangkan untuk mengganti tatanan nilai dan sistem yang sedang berlangsung. Upaya memperjuangkan ideologi itu seringkali meraka lakukan melalui aksi-aksi radikal, militan dan ekstrim, bahkan tidak menutup kemungkinan berperilaku kasar terhadap kelompok lain yang bertentangan dengan paham mereka. Kemudian, kerangka yang dibuat sosiolog, marty, yang sudah dimodifikasi Azyumardi Azra ( 1996 : 109-110) agaknya juga sangat compatible diterapkan dalam tulisan ini. Pertama, kaum fundamentalis mengambil sikap perlawanan secara radikal terhadap ancaman yang dipandang mengancam eksistensi agama. Kedua, mereka menolak hermeneutika atau sikap kritis terhadap teks dan interpretasinya
Teks kitab suci mesti dipahami secara literal sebagaimana adanya karena nalar dipandang tidak mampu memberikan penafsiran yang tepat. Ketiga, penolakan terhadap perkembangan historis dan sosiologis.Kaum fundamentalisme berpandangan bahwa perkembangan historis dan sosiologis telah membawa manusia semakin jauh dari doktrin literal kitab suci. Dalam hubungan ini, masyarakat dan perkembangannya harus disesuaikan dengan kitab suci, kalau perlu dengan kekerasan dan bukan sebaliknya.

D.      Kesimpulan
Dari uraian tersebut, kita dapat mengetahui bahwa pengertian dan cirri-ciri fundamentalisme islam isalam  dalam penmgertian dasarnya, disamping itu memiliki persamaan fundamentalisme Kristen, juga mengandung segi-segi perbedaan secara mendasar.
Fundamentalisme islam secara dasarnya adalah sikap dan pandangan yang berpegang teguh pada dasar-dasar pokok  dalam islam dan tidak mengaitkan dengan ilmupengetahuan dan tehnologi. Sedangkan fundamentalisme Kristen dalam pengertian poknya adalah sikap dan pandangan yang berpegang teguh dalam hal-hal yang prinsipil dogmatis dengan tidak menerima campur tanggan ilmu pengetahuan.






DAFTAR PUSTAKA
M.A Nata Abuddin, H. DR, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di      Indonesia, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada

Darwan Raharjo ,”Fundamentalisme” dalam Muhammad Wahyuni Hafis (ed)
Rekontruksi dan Renungan Religius Islam,  Jakarta: Paramadina,1996


[1] Darwan Raharjo ,”Fundamentalisme” dalam Muhammad Wahyuni Hafis (ed) Rekontruksi dan Renungan Religius Islam, (Jakarta: Paramadina,1996) cet 1, Hlm 87
[2] Ibid, hlm 86-87
Makalah Fundamentalisme Islam 4.5 5 Unknown Thursday 9 April 2015 fundamentalisme islam BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Islam fundalisme merupakan salah satu fenomena paham islaman yang banyak memperoleh p...


No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.