A. Latar
Belakang
Pernakah
anda menghadapi masalah?,
bagaimanakah
kebiasaan anda dalam menghadapi masalah?, bagimana pemecahannya?. Mungkin kalau orang dihadapkan pada pertanyaan
tersebut, akan mempunyai jawaban yang berbeda-beda, namun yang pasti adalah
semua orang yang mau bertahan hidup dan mempunyai mimpi pasti akan mendapatkan
masalah.
Setiap hari
bahkan setiap saat, manusia berhadapan dengan masalah yang menuntut
penyelesaian , mulai dari masalah yang paling sederhana sampai pada masalah
yang rumit. Masalah pada hakikatnya adalah kesenjangan antara situasi nyata dan
kondisi yang diinginkan, atau antara kenyataan dan apa
yang diharapkan. Kesenjangan tersebut menempakkan diri dalam bentuk keluhan,
keresahan dan kecemasan masalah sosial adalah kesenjangan antara situasi yang
diharapkan dalam kehidupan sekelompok manusia dalam masyarakat.
Sejauh mana masalah yang dihadapi, dan semampu apa dia
menghadapi, dalam islam Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 286, yang artinya:
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
Berdasarkan ayat tersebut, jelas Allah akan menguji
seseorang sesuai dengan kemampuannya, dalam hal ini, setiap orang pernah
mempunyai masalah, dan tentunya masalah tersebut mennimpa sesuai dengan
kemampuan seseorang tersebut, namun tidak sedikit orang yang mendapatkan
masalah akan mengeluh dan merasa terlalu berat dalam menghadapi masalah
tersebut.
Kembali lagi mengacu pada ayat di atas, yang menjadi
persoalan bukan pada seberat apa masalah tersebut, melainkan bagaimana orang
tersebut memecahkan masalah. Untuk itu penting bagi kita tahu bagaimana cara
menghadapi masalah, di bawah ini akan dibahas tentang bagaimana menghadapi
masalah (problem solving).
B. Pengertian
Problem solving adalah suatu
proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan
berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan
yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151).
Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara
problem identifikation untuk ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu
pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension
untuk mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah tersebut. (Qruztyan.
Blogs. Friendster.com).
Pendapat lain problem solving adalah
suatu pendekatan dimana langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir
lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya
sampai dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik
(Qrustian Blogs Friendster.com).
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem
solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha
untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan
menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah
metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima
tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan
penyelesaiannya. menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 : 103).
C. Model-model penyelesaian masalah
Proses penyelesaian masalah dapat dilakukan dalam beberapa model.
1.
Penyelesaian masalah menurut J. Dewey. Penyelesaian
masalah menurut model ini dilakukan dalam enam tahap, yaitu :
a.
Merumuskan masalah. Mampu
mengetahui dan merumuskan masalah dengan jelas.
b.
Menelaah masalah. Mampu
menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai
sudut.
c.
Merumuskan hipotesis. Mampu
berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat, dan alternative
penyelesaian.
d.
Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan
pembuktian hipotesis. Diperlukan
kecakapan mencari dan menyusun data seraya menyajikannya dalam bentuk diagram,
gambar dan table.
e.
Pembuktian hipotesis. Diperlukan
kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan serta
menghitung, ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
f.
Menentukan pilihan. Diperlukan
kecakapan membuat alternatif penyelesaian serta menilai pilihan dengan
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
2.
Penyelesaian masalah menurut Lawner Senesh.
Sanesh adalah seorang guru besar ekonomi, ia menggunakan tiga tahap dalam
proses penyelesaian masalah ekonomi, yaitu:
a.
Tahap motivasi
b.
Tahap pengembangan, dan
c.
Tahap komulasi.
Problem solving berbeda dalam tahap
yang ke dua yaitu tahap pengembangan dengan langkah-langkah penyelesaian sebgai
berikut:
a.
Menemukan gejala-gejala problematik (symptus of the
problem)
b.
Mempelajari aspek-aspek permasalahan (aspects of the
problem)
c.
Mendefinisikan masalah (definition of the problem)
d.
Menentukan ruang lingkup permasalahan (scope of the
problem)
e.
Menganalisi sebab-sebab masalah (causes of the
problem)
f.
Menyelesaikan masalah (solution of the problem)
3.
Penyelesaian masalah menurut david johnson dan
johnson.
Penyelesaian masalah menurut johnson dan david ini dilakukan melalui
kelompok. Suatu masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam pelajaran
diberikan kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat
kontroversional, misalnya dianggap penting (importain), urgen dan dapat
diselesaikan (solutionable). Prosedur penyelesaian adalah sebagai berikut:
a.
Mendefinisikan masalah. Penemuan
masalah ini di dalam kelas dilakukan sebagai berikut:
1)
Kemeukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah,
baik secara tertulis maupun secara lisan. Mintaah kepada siswa untuk
merumuskannya dalam suatu kalimat sederhana (brain stroming). Kemudia,
terimalah setiap pendapat mereka tanpa persoalan tepat atau tidaknya, benar
atau salah pendapat tersebut.
2)
Setiap pendapat ditinjau kembali dengan meminta
penjelasan dari siswa yang berssangkutan , dipilih rumusan yang tepat, atau
dirumuskan kembali perumusan-perumusan yang kurang tepat. Akhirnya , kelas
memilih suatu perumusan yang paling tepat yang dapat dipakai oleh semua.
b.
Mendiagnosi masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah, langkah berikut ialah membentuk
kelompok kecil. Kelompok ini mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah.
Menurut johnson dan david, suatu masalah muncul karena dua faktor, yaitu:
1)
Faktor-faktor yang mendorong ke arah tercapainya
tujuan.
2)
Faktor-faktor yang menghemat terhambatnya tujuan.
Munculnya masalah disebabkan kedua faktor itu berada dalam keadaan
seimbang. Analisis terhadap kedua faktor tersebut disebut analisis kekuatan
lapangan (AKL). AKL ini dapat dilakukan dengan prosesdur sebagai berikut:
1)
Mengadakan brain stroming agar setiap anggota kelompok
mendenfikasikan kedua macam faktor itu, faktor pendukung dalam faktor
penghemat.
2)
Penyusun faktor-faktor itu secara berurutan menuruk
kuatnya pengaruh peristiwa yang aktual.
3)
Suatu masalah akan dapat teratasi jika faktor
penghemat didalamnya dikurangi dan faktor pendukungnya ditingkatkan. Usaha
untuk mengubah kedua faktor tersebut akan lebih mudah jika ada fasilitas yang
tersedia.
4)
Dicari upaya untuk mengubah kekuatan pada faktor-faktor
pendukung.
5)
Memilih beberapa kemungkinan tindakan dari 3 dan 4
yang dianggap paling memberi harapan. Kemudian disusun kembali langkah-langkah
yang sudah diplih.
6)
Mempelajari kembali langkah-langkah kegiatan untuk
mengetahui seberapa jauh masing-masing langkah itu dapat dipakai dalam
penyelesaian masalah.
c.
Merencanakan cara mengevaluasi keekfetifan program
penerpanaya dan kemungkinan yang dapat dilakukan dalam prosedur evaluasi.
d.
Merumuskan alternati strategi
Pada tahanp ini, kelompok mencari dan menemukan berbagai alternatif tentang
cara menyelesaikan maslah. Menurut teori ini, perubahan-perubahan pada situasi
yang aktual dapat terjadi jika kekuatan-kekuatan yang mendukung ataupun
menghambat mengalami perubahan, sehingga tingkat keseimbagannya berubah, ada
tiga cara untuk mengubah titik keseimbangan itu, yaitu;
1)
Menambah kekuatan pada faktor pendukung.
2)
Mengutangi kekuatan pada faktor penghambat.
3)
‘mengubah faktor penghambat menjadi faktor pendukung.
e.
Menentukan dan menetapkan strategi
Setelah berbagai alternatif
ditemukan oleh kelompok, maka dipilih alternatif mana ang akan dipakai.
Penyelesaian masalah ini terdiri dua aspek, yaitu :
1)
Pengambilan keputusan (decision making), yaitu suatu
proses untuk menentukan suatu plihan dari berbagai alternatif yang ada.
2)
Penerapan keputusan (desicion implementasion), yaitu
proses untuk menentukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan keputusan.
D. Kelebihan dan kekurangan metode problem soving
1.
Kelebihan metode problem solving
a.
Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi
lebih relevan dengan kehidupan.
b.
Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil.
c.
Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajar siswa banyak melakukan
mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan mencari pemecahan
masalah.
2.
Kekurangan metode problem solving
a.
Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya
sesuai sengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta
pengetahuan san pengalamanya yang tela memiliki siswa sangat memerlukan
kemampuan dan ketrampilan guru.
b.
Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa
mengambil waktu pelajaran lain.
c.
Mengubah kebiasaan siawa belajar dengan mendengar dan
menerima informasi dari duru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan
permasalahan, kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa.
E. Hasil-Hasil
Problem Solving
Problem
Solving yang sukses dapat melahirkan tiga macam hasil: kompromi, kesepakatan
tentang tata cara menentukan pemenang, atau solusi integrative (Dean G. Pruitt,
Jeffrey Z. Rubin: 2009, hlm315).
1.
Kompromi,
adalah kesepakatan yang dicapai ketika kedua belah pihak mengambil titik tengah
dari sebuah dimensi yang jelas. Contoh keputusan untuk mengatasi pertentangan
tentang upah dengan membagi dua selisih angka yang diusulkan kedua belah pihak.
2.
Kesepakatan
tentang tata cara menentukan pemenang. Yang termasuk dalam konteks problem
solving untuk menentukan pemenang, misalnya melempar koin, membandingkan
kebutuhan, menyerahkan pada putusan pihak ketiga, voting/suara paling banyak
dianggap sebagai pemenang.
3.
Solusi
integrative, adalah solusi yang merekonsoliasikan ( yang berarti
mengintegrasikan) kepentingan dua belah pihak. Solusi integrative melahirkan
hasil bersama tertinggi diantara ketiga macam kesepakatan. Contoh; kisah dua
gadis bersaudara yang memperebutkan sebutir jeruk. Kesepakatan kompromis
tercapai dengan membelah buah itu menjadi sama besar, setelah itu sang kaka memeras
dagingnya menjadi jus (dan membuang kulitnya), sedangkan sang adik menggunakan
kulitnya sebagai bahan membuat kue (dan tidak memakan dagingnya). Keduanya
jelas lebih diuntungkan bila menggunakan solusi integrative, yaitu dengan
memberikan seluruh daging buahnya kepada sang kakak dan seluruh kulitnya kepada
sang adik. Dengan kompromi mereka tidak akan mendapatkan pembagian semacam itu.
Dalam cerita tersebut, solusi yang benar-benar integrative, yaitu solusi yang
benar-benar memuaskan kedua belah pihak. Tapi perlu menjad catatan, solusi
integrative kebanyakan tidak sesukses itu.
F. Langkah-Langkah
Problem Solving
1.
Pastikan
memang ada konflik kepentingan
2.
Ananlisis
terhadap kepentingan sendiri, tetapkanlah aspirasi yang cukup tinggi secara
masuk akal dan bersipalah untuk mempertahankannya.
3.
Cari cara
untuk merekonsoliasikan aspirasi kedua belah pihak.
4.
Turunkan
aspirasi dan cari beberapa aspirasi lagi.
G. Kesimpulan
Metode problem solving adalah salah satu dari kegiatan metode ingkuiri ynag
paling sering di gunakan, metode ingkuiri juga disebut metode penyelesaiaan
masalah atau discovery. Ingkuiri lebih memberi tekanan pada keyakinan atas
dirinya sendiri terhadap apa yang ditrmukan, metode problem soling lebih
menekankan pada terselesaikannya masalah itu sendiri, dan discovery pada
penemuan itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Roestiyah
N.K. Strategi Belajar Mengaja,
bina aksara, jakarta, cet III, 1991.
Sunartyo,
Strategi Belajar Mengajar Islam Pengetahuan Sosial, IKIP, Malang,
Cet, II, 1989.
Syaiful B. Djamarah dan Aswan Zain, dkk, Strategi Belajar Mengajar,
Renika Cipta, Jakarta, Cet IV, 2010.
W. James Popham. Eva L. Bakar, Bagaimana Mengajar Sebagai Sistematis,
Yokyakarta, Cet. IV, 1992.
Pruitt G.
Dean, Rubbin Z. Jeffrey, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
No comments:
Post a Comment