Saat tatapan mulai kabur dan hilang, rasa takut serta khawatir mulai muncul bersautan untuk membunuh harapan-harapan di belahan jiwa yang rindu akan sentuhan-sentuhan jari jemari kasih sayang Tuhan. Rasa putus asa telah meninabobokanku dalam bingkisan pasrah kata banyak orang yang sok bijak, yang dikemas untuk menyemangatkan hati dari tidur pulas dan mati dari meraih mimpi.
Terasa berat untuk memaksakan, ketika asa itu hanya menjadi sebuah kembang harapan yang ternoda oleh kenyataan. Terasa berat pula untuk mengawali kembali ketika mimpi itu mati suri dan menjadi bangkai kehidupan yang mengotori. Pupuk-pupuk semangat tidak lagi mampu membangunkan kelayuan pikir ini akibat panasnya sinar harapan yang tiba-tiba meredup dan berganti cahaya kematian jiwa.
Aku seperti gas yang menguap tiada batas dan melayang di udara menembus awan-awan yang robek oleh hempasan angin. Harapan yang tertata apik kini menjadi layang-layang tanpa benang yang seenaknya terbang lepas dan jatuh terperangkap oleh ketidakberdayaan. Aku telah terperangkap oleh dialektika kehidupan yang tak menentu dan merasa takut untuk keluar melalui lubang-lubang sisa harapan yang tidak lagi menarik untuk diamati.
Memang hidup ini sebuah teka teki yang tidak bisa ditebak apalagi dimiliki, dan saya yakin Tuhan tidak memberikan jalan buntu, hanya saja mungkin Tuhan sedang menuntunku menuju jembatan emas kehidupan yang harus dilalui dengan jerih payah dan kegagalan. Mungkin benar kata orang yang sok bijak, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda dan harapan akan terus tetap ada, tapi apakah kata bijak itu tidak dapat usang oleh jiwa-jiwa yang sekian lama semangat menanti harapan?
Ahh..masa bodoh, mungkin itu jawaban orang yang optimis dalam merindukan harapan. Tapi ternyata aku baru sadar bahwa kata orang yang sok bijak itu telah meneteskan embun kebenaran. Aku mulai sadar bahwa jalan yang mulus tidak menjadikan kita menjadi manusia tangguh. Puncak himalaya tidak dapat dicapai tanpa perjuangan panjang menaklukan bukit demi bukit. Nenek moyang kita juga tidak akan dikatakan pelaut handal ketika dalam nyanyiannya tidak menerjang ombak dan melawan badai. Dan hanya ungkapan itulah saat ini yang perlahan membangunkanku dari mati suri.
Kegagalan memang memiliki andil besar untuk meruntuhkan mimpi kita, tapi melalui kegagalan itu pula kita dipaksa untuk membangun pondasi kehidupan yang lebih kokoh agar tahan oleh terpaan badai keputusasaan dan terus bediri tegak untuk menatap harapan dan menaklukan impian.
No comments:
Post a Comment