“Orang mampu bertahan hidup karena harapan”, itu sebuah
kata-kata yang terus terngiang-ngiang dalam benakku. Sengaja aku simpan
kata-kata itu dalam lubuk yang paling dalam sebagai bekalku dalam
mengarungi samudra kehidupan. Aku terus mengayunkan langkah melewati
terjalnya jalan kehidupan dengan bekal segenggam harapan. Aku juga terus
menyanyikan impian hingga suara parauku pecah dihantam badai kenyataan
pahit yang menjebakku dalam lingkar kekalutan.
Lika-liku
hidup untuk meraih janji Tuhan terus aku lewati, bukit, gunung, lautan
mimpi dan harapan pun terus aku lalui, namun memang kenyataan manis
belum mau menyentuhku, apa lagi bersarang dalam harapanku.
Memang
terasa berat untuk menyadari, dan lebih berat lagi untuk memulai
kembali ketika kenyataan berbicara banyak akan harapan yang terbuang dan
mimpi mimpi kehidupan berubah menjadi suara-suara parau yang membully
setes demi setets semangat yang tersisa.
Semangatku kini
bagai gas yang menyublim dan menguap seperti asap rokok yang dibenci
serta dihujat banyak orang sehingga menelantarkanku dalam keputusasaan.
Namun aku terus mencoba bangkit dan mendaur ulang sampah-sampah semangat
yang masih tersisa untuk kujadikan bekal dalam meraih harapan. Aku coba
gapai dan telan rangkaian kata-kata yang sekian lama telah menidurkanku
dalam semangat, namun aku selalu gagal untuk mendapatkan “jatahku” dari
Tuhan.
Kini aku jadi berpikir kenapa harapan yang
kubangun tinggi-tinggi melebihi gedung pencakar langit tiba-tiba runtuh
oleh kenyataan. Mimpi yang selalu kugenggam sekuat tenaga kini tiba-tiba
luluh oleh sebuah keadaan. Mungkin itu diciptakan bukan untukku dan itu
bukan jalan hidupku. Kini aku harus beranikan diri untuk membunuh
harapan dan menyadarkan diri dari mimpi-mimpi hidup yang terlampau
tinggi. Dan kini aku harus belajar menari dalam ketidakberdayaan yang
sekian kali menjeratku dalam bingkai mimpi dan harapan.
Sakitnya Membunuh Harapan
Tuesday, 14 July 2015 on Label: Pendidikan
No comments:
Post a Comment